(review) Jilbab Traveller

Ketika melihat thriller dari film ini saya tertarik untuk menontonnya, karena menyajikan pemandangan alam yang indah di Taman Nasional Baluran, Kawah Ijen dan Korea. Kebetulan sebuah online shop menawarkan tiket premiere apabila membeli buku di toko tersebut. Untuk bisa mendapatkan tiket premiere film nya, saya memutuskan untuk membeli buku nya terlebih dahulu selain itu agar saya bisa mengetahui bagaimanakah jalan ceritanya.

Buku saya tamatkan dalam waktu 3 hari, tergolong lama untuk buku setebal ini karena saya melakukannya di sela-sela saya melakukan bazaar ramadhan. Selesai membacanya ,saya bertanya-tanya mengapa dalam buku tersebut tidak ada cerita di Indonesia, sebagian besar adalah di Korea dan sebagian kecil di Nepal. Ketika saya utarakan kepada suami saya, dia hanya berkata mungkin sengaja dimasukkan adegan di Baluran dan Ijen untuk lebih mengenalkan keindahan Indonesia. Oh ok saya mencoba menerima jawaban tersebut karena mungkin saja ada semacam flash back yang tidak diceritakan di buku. Saya tetap bersemangat menanti waktu pemutaran premiere film karena berharap bisa melihat keindahan Nepal yang memang sudah saya impikan untuk bisa saya datangi.

Seusai menonton film tersebut, saya sedikit kecewa, karena cerita di Film dan buku sangat berbeda, diantaranya :

  1. Ayah Raina meninggal bukan ketika Raina berada di Baluran, namun ketika Raina berada di Nepal
  2. Dalam buku, dikisahkan Raina bertemu dengan Hyun Geun di Kathmandu, namun di film di ceritakan di Baluran
  3. Ibu Hyun Geun tidak meninggal di buku, namun di film diceritakan Ibu Hyun Geun meninggal dan Hyun Geun terpaksa berhutang budi dengan keluarga Jeong Hwa
  4. Dalam buku Raina tidak pernah menerima lamaran Ilhan, namun di film diceritakan Rainan menerima lamaran Ilhan dan sudah dalam proses mempersiapkan pernikahannya sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke Korea
  5. Dalam buku tidak ada 1 kata pun Palestina, sementara di film diceritakan Raina sangat ingin mengunjungi Palestina, dan Hyun Geun menjadi tenaga sukarela di Palestina

Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan antara buku dan film. Saya memahami  kalau kita tidak akan bisa memvisualisasikan ratusan lembar buku menjadi 2 jam film sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian. Tapi kali ini sepertinya filmnya hanya terinspirasi dari buku dan bukan merupakan visualisasi buku.

One thought on “(review) Jilbab Traveller

Leave a comment